Rabu, 18 November 2009

KETIKA CINTA DATANG PADA WAKTU DAN TEMPAT YANG SALAH

Masih hangat dalam ingatan ketika seorang sahabat bercerita tentang kehidupan seputar rumah tangga yang telah dibinanya hampir 30 tahun yang lalu, Hari itu kami baru saja membahas berita perceraian seorang selebritis karena perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu pasangannya.

“Setiap pasangan suami istri pasti ada pasang surut dalam kehidupannya,” begitu kira-kira awal pembicaraan kami saat itu. Dia meyakini bahwa setiap pasangan pasti akan pernah mengalami godaan dari luar baik itu perempuan ataupun laki-laki yang mencoba menghancurkan pilar rumah tangga yang telah dibina selama bertahun-tahun lamanya. Aku yang baru menjalani perkawinan seumur jagung dan sedang hangat-hangatnya menjalin hubungan dengan suami hanya menganggu-angguk. Apa iya? Ternyata, sahabatku ini pun mengakui pernah mengalaminya. Seorang wanita muda begitu gigih menggoda suaminya yang seorang entertain ganteng dan memiliki relasi yang luas.

Berbagai cara dilakukan perempuan itu dalam upaya menggoda suaminya. Dengan meminta diantar karena mobilnya mogok, minta waktu untuk curhat perihal kehidupannya, hingga minta diajari cara berpidato karena kebetulan suami sahabatku adalah juga seorang pengajar public speaking di beberapa tempat. Naluri seorang istri pula yang menggiringnya hingga mengetahui hubungan terlarang itu. “Sungguh terasa sakit ketika diumur 40 tahun, mengetahui suami punya kekasih selain kita,” katanya dengan mimik yang cukup serius. Bisa jadi, pepatah Live Begin forty, ada benarnya juga…. pikirku

Perubahan sekecil apaspun yang terjadi pada diri seorang suami pasti diketahui sang istri. Hingga akhirnya sahabatku ini mencari-cari sendiri jawaban atas kegundahan hati yang ia rasakan selama itu. Pernah suatu kali, ia mengikuti suaminya ketika hendak berjumpa perempuan itu di sebuah kafe di pusat kota. Mereka makan dan minum cukup lama tanpa tahu ada seorang istri yang menatap dari jauh dengan perasaan tercabik seraya menahan air mata. Spontan aku acungkan jempol untuk sahabatku itu. “Duh, jangan sampai aku mengalaminya seperti itu, pasti bakalan nangis bombay,” kataku tidak berani membayangkan jika itu benar-benar terjadi padaku. Kuketuk-ketuk kepalaku tiga kali dengan jari telunjuk lalu kemudian kuketuk meja sebanyak tiga kali juga. Amit-amit, jauh jauh deh dari kehidupanku….

Beberapa hari kemudian, sabahatku ini langsung bertanya kepada suaminya perihal hubungan yang sebenarnya terjadi. Ia beberkan apa saja yang sudah ia ketahui, termasuk detail perempuan yang berusaha merebut hati suaminya. “Aku bisa saja menggertak, mendamprat sekaligus meluapkan kemarahan kepada perempuan itu atas apa yang sudah dilakukannya menyakiti hatiku,” sahabatku semakin larut dalam ceritanya. Tapi buat apa? Karena buatnya, hal itu hanya akan mempermalukan dirinya sekaligus suaminya saja. “Karena si perempuan penggoda itu pasti akan menyalahkan aku, mengapa suaminya membiarkan dirinya hanyut tergoda oleh usahanya?” Dan harga diri buat sahabatku yang sudah malang melintang puluhan tahun lamanya di dunia marketing adalah segalanya.

Suaminya cukup kaget Karena sama sekali tidak menyangka sang istri sudah mengetahui sejauh itu. Tapi ia bersumpah, tidak ada yang terjadi lebih dari apa yang telah diketahui oleh sahabatku. Sepanjang malan itu, pasangan suami istri ini kemudian berbicara dari hati menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Sahabatku adalah seorang sulung dari 7 bersaudara yang sudah ditinggal pergi ayah tercintanya sejak usianya masih 16 tahun. Kondisi itu pula yang menjadikan dirinya sebagai sosok pribadi yang tidak meledak-ledak, lebih bisa menahan diri karena bertahun-tahun lamanya ia harus bisa menjadi contoh pribadi positif bagi 6 orang adiknya yang kini sudah berhasil semua

“Saya bukan tipe orang yang akan merengek minta diperhatikan suami,” ujarnya seraya menyeruput kopi yang sudah dingin karena begitu asyiknya kami bercerita. Tapi ia juga bukan seorang pribadi yang gemar memojokkan pasangannya karena kesalahnnya. Mungkin Karena itu sahabatku ini dipercaya menjadi manager marketing hingga bertahun-tahun di perusahaan tempatku bekerja. Ia cukup berkata singkat pada suaminya, “Apakah yakin perempuan itu memiliki banyak kelebihan dari saya? Kalau jawabannya tidak punya kelebihan apa-apa daripada saya kecuali umurnya yang masih muda, ngapain susah payah masih melanjutkan hubungan yang sebenarnya terlarang?” Sebuah pilihan yang saklek dan tegas ia lontarkan, sekalipun mengandung banyak resiko.

Menurutnya, penyelesaian dari semua itu tergantung dari sikap masing-masing. “Kalau saya lebih memilih mempertahankan rumah tangga dengan dua anak daripada minta bercerai dan mengawali kehidupan yang baru,” begitu argumennya saat itu. Toh apapun yang terjadi, menurutnya, perempuan itu tidak akan mendapatkan apa-apa dari suaminya. Kecuali waktu yang telah ia rampas. Dan ia meyakini sepenuhnya bahwa ayah dari anak-anaknya pasti akan kembali kepelukannya lagi. Sungguh sangat percaya diri,pikirku saat itu.

“Kalau kita memutuskan untuk bercerai,” lanjutnya,”apa kita yakin bisa bertemu dengan laki-laki yang cocok dan mau menerima kita yang sudah punya buntut pula?” Aku mengangguk-angguk, benar juga. Karena itu, lebih baik baginya membungkus luka yang ada dan melupakannya. Sekalipun sebagai manusia biasa, rasa sakit, perasaan yang tercabik-cabik itu pasti ada. Namun diatas semua itu, itu menjadikan sebuah pengalaman berharga untuk kehidupan rumah tangga kedepannya.

Iya kalau kita langsung ketemu dengan laki-laki yang bisa menerima segala kelebihan dan kekurangan kita, kalau tidak? Masa iya kita mesti berkali-kali bercerai hanya karena ketidak cocokan? Begitu kira-kira pendapatnya. Dan menerima kembali laki-laki yang sudah mendapingi puluhan tahun lamanya dengan segala kelebihan dan juga kekurangannya, bagi sahabatku ini adalah jauh lebih baik. “Semua orang pasti melakukan kekhilafan dan kesalahan dalam hidupnya, termasuk juga aku,” katanya bijak. Waktu kuliah dulu, ia bercerita termasuk mahasiswa yang cukup aktif berorganisasi dan termasuk mahasiswi favorit di kampusnya. Sehingga pernah suatu kali, ia memilki pacar lebih dari satu orang pada saat yang bersamaan. Dan suaminya yang sekarang adalah pacarnya yang kesekian yang berani berkomitmen mengajaknya menikah setelah ia gagal berpacaran serius dengan beberapa laki-laki sebelumnya.

Dan kalaupun suaminya kali ini melakukan kesalahan dalam perjalanan perkawinannya, buatnya hal bukan berarti dunia sudah kiamat, “ Karena kita masih memiliki puluhan tahun lainnya yang berisi kisah indah baik suka dan duka yang telah dilewati bersama.” Masih ada anak-anak yang juga harus menjadi salah satu pertimbangan. Apalagi kesalahan yang terjadi bukanlah sebuah kesalahan yang fatal hingga beresiko panjang ke depannya. “Tapi kita juga nggak bisa menyalahkan perempuan lain untuk tidak usah menyukai suami kita,” begitu lanjunya.

Kedua alisku terangkat, mukaku mengkerut. Kanapa tidak? Bukankah ini karena semua perbuatan perempuan itu hingga akhirnya suaminya tergoda? Temaku menggelengkan kepalanya kekanan dan kekiri. Bukan, katanya. Apa yang terjadi bukan karena kesalahan perempuan muda yang ingin merebut ayah anak-anaknya. Karena rasa cinta, kagum, rasa hormat orang lain tehadap suaminya adalah hak orang itu. Rasa itu tidak bisa dielakkan dan milik semua orang. Tinggal bagaimana kita menyikapi rasa yang sebetulnya datang pada saat dan tempat yang salah.

Jujur, saat itu aku hanya bertindak sebagai pendengar saja. Sekedar sharing disela-sela penatnya pekerjaan yang menumpuk. Daripada ngegossip yang bukan-bukan, mendengarkan penalaman sahabat yang terpaut umur lebih dari 15 tahun ini, rasanya lebih berharga untuk berbagi pengalaman hidup. Sekalipun dalam hati, aku meyakini sepenuhnya, hal itu tidak mungkin terjadi dalam kehidupan perkawinanku. Siapa pula yang mau menggoda aku atau suamiku yang hanya termasuk kelas rata-rata?

Aku tidak percaya pendapatnya bahwa meskipun hanya satu kali, tapi godaan berupa laki-laki atau perempuan dalam kehidupan perkawinan pasti terjadi………

Kamis, 12 November 2009

SEBUAH CATATAN DARI ZALEHA

Sebuah catatan pendek yang layak untuk direnungkan

Aku meminta Kekuatan,
Tuhan memberiku kesulitan
Untuk menjadikanku kuat

Aku meminta Hikmah,
Tuhan memberiku Masalah
Untuk diselesaikan

Aku meminta Kekayaan,
Tuhan memberiku akal dan otot
Untk bekerja

Aku meminta Keberanian,
Tuhan memberiku bahaya
Untuk dihadapi

Aku meminta cinta dan kasih sayang,
Tuhan memberiku orang-orang yang punya masalah
Untuk aku bantu

Aku meminta kehormatan,
Tuhan memberiku kesempatan
Aku tidak menerima apa-apa dari yang aku inginkan
Aku menerima semua yang aku butuhkan